Terdengarnya
azan maghrib, menandai berakhirnya bulan Sya’ban 1436 Hijriyah dan mulailah
bulan yang baru, yaitu bulan Ramadhan 1436 Hijriyah. Ketika shalat Maghrib akan
dilaksanakan saya heran karena jamaah shalat lebih banyak dari biasanya, begitu
shalat isya saya bertambah heran karena jamaahnya bertambah banyak lagi,
mungkin inilah keistimewaan bulan Ramadhan dibanding sebelas bulan lainnya,
pikir saya.
Memang sudah lazim terjadi, ketika memasuki bulan Ramadhan kaum muslimin beramai-ramai mendatangi masjid atau musholla untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ketika bulan Ramadhan berlalu, maka berlalu pula kebiasaan tersebut. Padahal, shalat berjamaah di masjid atau mushola tidak bergantung pada bulan Ramdhan atau tidak, tetapi betapa besar keistimewaan yang kita peroleh ketika kita shalat berjamaah, bukan saja di bulan Ramadhan tetapi disetiap bulan.
Shalat berjamaah menjadikan seorang muslim berjalan menuju tempat shalat berjamaah, dan biasanya ia berjalan dengan banyak melangkah. Beberapa hadis Rasulullah saw. telah banyak menjelaskan tentang keutamaan banyaknya langkah yang diayunkan menuju shalat berjamaah.
Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ
فَأَسْبَغَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ فَصَلاَّهَا
مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِى الْمَسْجِدِ, غَفَرَ اللهُ لَهُ
ذُنُوْبَهُ.
Artinya:
“Barangsiapa yang berwudhu untuk shalat dan menyempurnakan wudhunya, kemudian
ia berjalan untuk sholat wajib, dan ia shalat bersama orang-orang, atau bersama
jamaah, atau di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni baginya dosa-dosanya.”
(HR. Muslim)
مَنْ
غَدَا إلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ نُزُلاً مِنَ الْجَنَّةِ
كُلَّمَا غَدَا وَرَاحَ.
Artinya:
“Barangsiapa yang pergi di pagi dan sore hari menuju masjid, niscaya Allah
menyediakan jamuannya baginya di surga setiap kali ia pergi di pagi atau sore.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ
ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ
فَرَائِضِ اللهِ, كَانَتْ خُطْوَتَاهُ
تَحُطُّ خَطِيْئَةً وَاْلأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً.
Artinya:
“Barangsiapa berwudhu di rumahnya, kemudian ia berjalan ke rumah diantara
rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari Allah, maka salah
satu dari kedua langkahnya menghapus satu dosa dan yang lainnya mengangkat satu
derajat.” (HR. Muslim)
Pahala agung yang diterima oleh orang yang berjalan menuju masjid itu tidak saja saat ia pergi ke masjid, tetapi juga ketika ia pulang darinya.
مَنْ رَاحَ إِلَى مَسْجِدِ
الْجَمَاعَةِ, فَخُطْوَةٌ تَمْحُوْ سَيِّئَةً, وَخُطْوَةٌ تَكْتُبُ لَهُ حَسَنَةً,
ذَاهِبًا وَرَاجِعًا.
Artinya:
“Barangsiapa yang berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah, maka langkah yang
satu menghapus satu keburukan, dan langkah yang satu dicatat baginya satu
kebaikan, saat pergi dan kembali.”
Hadis-hadis Rasulullah di atas menjelaskan bagi kita begitu besar keutamaan berjalan menuju tempat shalat berjamaah, yaitu setiap langkah kaki yang satu menghapus satu dosa, dan langkah kaki yang satunya lagi ditulis satu pahala. Sehingga, apabila dari rumah kita berjalan menuju masjid mendapatkan 50 langkah, dan pulang dari masjid ke rumah juga 50 langkah, maka kita sudah memperoleh 100 langkah pergi dan pulang. 50 langkah dikerjakan oleh kaki kanan, dan 50 langkah lagi dikerjakan oleh kaki kiri. Sehingga jika dihitung keuntungan kita adalah dihapuskan 50 dosa-dosa kecil, dan dituliskan 50 kebaikan atau pahala.
Apakah kita perlu menghitungnya?
Perlu sekali, sebab dalam sehari semalam kita pasti berbuat dosa, baik kita sadari maupun tidak kita sadari, sedikit atau banyak. Misalnya membuka aurat atau melihat aurat orang lain, berkata yang menyakiti orang lain, menganggap remeh orang lain, berjalan sambil mematahkan (merusak) tanaman orang lain, membuang puntung rokok sembarangan, dan sebagainya, yang kita tidak tahu berapa banyak dosa-dosa kecil yang kita lakukan pada hari itu.
Dan jika kita menghitung langkah kaki kita menuju shalat berjamaah, maka kita akan tahu berapa besar kerugian yang kita peroleh jika tidak menuju shalat berjamaah. Misalnya kita sudah tahu, jika kita berangkat menuju shalat berjamah dan pulangnya memperoleh 50 pengampunan dosa kecil dan ditulis 50 kebaikan. Maka, apabila kita tidak berjalan menuju shalat berjamaah, berarti kita mengalami kerugian, yaitu 50 dosa kita pada hari itu tidak diampuni dan tidak mendapat 50 kebaikan. Ini adalah kerugian besar!
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إِيْمَانًا وَحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Artinya:
“Barangsiapa yang mendirikan (shalat sunnah malam) di bulan Ramadhan dengan
iman dan penuh perhitungan, niscaya diampuni baginya dosa-dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, kita diperintahkan Rasulullah saw. untuk melakukan perhitungan terhadap aktivitas ibadah yang kita laksanakan. Apakah ibadah yang kita laksanakan tersebut sudah benar ataukah masih ada kesalahan.
Dan pada
saatnya nanti kita akan bertemu dengan suatu hari yang bernama “yaumul hisab“
(hari perhitungan), dimana amal baik dan amal buruk kita akan diperhitungkan di
hadapan Allah SWT. Meskipun sedikit amal buruk tetap akan dibalas, dan begitu
juga meskipun sedikit amal baik tetap akan dibalas. Oleh karena itu,
beruntunglah kita yang sering melangkahkan kaki menuju tempat shalat berjamaah,
sehingga setiap langkah kaki kita tersebut dapat menambah perhitungan amal baik
kita dan setiap tanah yang kita injak akan menjadi saksi di hadapan Allah SWT. Wallahu a’lam.
Bagikan ke WhatsApp
0 Response to "Malam Pertama Ramadhan"
Post a Comment